Sabtu, 07 Februari 2015

Bagi yang telah mengenal akan geometri Euclid, dan anda bisa mengingat mungkin dengan rasa hormat daripada suka strukturnya yang luar biasa bagusnya, dengan anak tangga yang begitu megah, yang selama jam-jam tak terhitung banyaknya coba diajarkan pada anda .
Geomtri dibangun dari gambaran-gambaran tertentu seperti bangun ruang, titik dan garis lurus, yang dengannya kita bisa sedikit banyak menghubungkan gagasan2 nyata;dan dari dalil sederhana yang, dalam kebaikan gagasan ini, kita cenderung untuk menerimanya sebagai BENAR. Kemudian berdasarkan proses logis, yaitu pembenaran yang didalamnya kita merasa dipaksa untuk mengakuinya, maka semua dalil yang tersisa haruslah mengikuti aksioma2 tersebut, dalam hal ini mereka dikatakan terbukti. Maka sebuah dalil akan tepat jika ia diturunkan menurut cara yang diakui dari aksioma2 tersebut. Pertanyaan tentang kebenaran dari dalil geometris individu kemudian direduksi menjadi salah satu kebenaran dari aksioma2 tersebut. Sekarang telah lama diketahui bahwa pertanyaan terakhir itu tidak hanya tak bisa dijawab oleh metode geometri, tetapi juga bahwa ia didalamnya sendiri sepenuhnya tanpa makna. Kita tidak bisa bertanya apakah benar bahwa hanya ada 1 garis lurus yang bisa melintasi 2 titik. Kita hanya bisa mengatakan bahwa geometri Euclidean berurusan dengan sesuatu yang disebut garis lurus, dimana tiap 1 garis lurus dianggap memiliki sifat bisa secara unik ditentukan oleh 2 titik yang berada didalamnya. Konsep benar tidaklah cocok dengan pernyataan geometri murni, karena dengan kata benar kita biasanya akan membuat persesuaian dengan objek nyata;padahal geometri tidaklah bersangkutan dengan hubungan antara gagasan2 yang tercakup didalamnya dengan objek dalam pengalaman nyata, tetapi hanya dengan hubungan logis dari gagasan2 diantara mereka sendiri.

Tidaklah sulit untuk mengerti mengapa kita merasa terpaksa untuk menyatakan dalil2 geometri benar. Gagasan2 geometris sedikit banyak berkaitan dengan objek atau benda nyata dialam, dan sebenarnya benda2 inilah yang tak diragukan lagi merupakan penyebab dari terjadinya gagasan2 tersebut. Geometri janganlah hanya menjadi mata pelajaran, hal ini untuk memberikan strukturnya kesatuan logis yang sebesar mungkin. Latihan melihat dari suatu jarak 2 posisi tertentu pada sebuah benda keras misalnya, merupakan sesuatu yang tersangkut secara mendalam pada kebiasaan berpikir kita. Lebih jauh, kita terbiasa memperhatikan ada 3 titik yang berada dalam sebuah garis lurus, jika posisi mereka menurut penglihatan dapat dibuat bertepatan dengan pengamatan menggunakan 1 mata, dengan pemilihan tempat pengamatan yang cocok tentunya.

Jika menurut kebiasan berpikir kita, kita sekarang menambah dalil2 geometri Euclidean dengan satu dalil tunggal yang menyatakan bahwa 2 titik pada sebuah benda keras selalu berkaitan dengan jarak yang sama, yang terbebas dari perubahan posisi apapun pada benda tersebut, maka dalil2 geometri Euclidean akan memecahkan dirinya sendiri menjadi dalil2 pada posisi relative yang mungkin pada benda keras. Geometri yang sudah ditambahkan dengan cara seperti ini akan kemudian diperlakukan sebagai cabang ilmu fisika. Sekarang kita bisa secara sah bertanya tentang kebenaran dari dalil2 geometri yang diinterpretasikan dalam cara seperti ini, hal ini karena kita dibenarkan untuk mempertanyakan apakah dalil2 ini cukup memuaskan untuk benda2 / hal2 nyata yang kita asosiasikan dengan gagasan2 geometris. Dengan kata lain  kita dapat mengatakan bahwa oleh kebenaran dalil2 geometri dalam hal ini kita memahami validitas suatu konstruksi hanya dengan menggunakan penggaris dan kompas.
Tentu saja keyakinan akan kebenaran dalil2 geometris dalam hal ini semata2 didirikan pada pengalaman yang agak kurang lengkap. Untuk saat ini kita akan berasumsi pula pada “ kebenaran “ dalil2 geometris, dan kemudian pada  tahap berikutnya kita akan melihat bahwa kebenaran ini adalah terbatas adanya, dan kita akan mempertimbangkan tingkat keterbatasanya itu.  


0 komentar:

Posting Komentar